Friday, April 27, 2012

Menunggumu



Setiap melewat apotek K24, terutama di Kedungmundu, selalu mengingatkanku akan hari itu. Dimana kmu (entah dengan sukarela atau tidak) datang menjemputku yang salah naek angkot.
Hari itu aku baru pulang dari Boyolali, sampai di terminal sudah sore menjelang malam. Ternyata bus yang seharusnya sampai Penggaron, malah muter lewat Kedungmundu karena supirnya udah mau pulang. Si supir menyarankan padaku untuk naek angkot kecil, sampai Milo trus ganti naek angkot jurusan Penggaron. Tapi hari udah mulai malem dan terlalu capek buat pindah-pindah angkot, akhirnya ku memintamu untuk menjemputku. Tidak mudah meminta bantuanmu, harus mengumpulkan keberanian, harus berdebat dulu, tapi untungnya hari itu kmu mau sedikit mengalah.
Aku memutuskan menunggumu di depan Apotek K24. Selain terang, ada petugas parkirnya jadi gak nunggu sendirian, adalah supaya kmu mudah menemukanku. Menunggumu sebenarnya tak terlalu lama, mungkin tidak sampai 30 menit. Tapi karena ini adalah pertama kalinya nyasar di daerah yang belum pernah ku tahu, 30 menit terasa berjam-jam lamanya.
 Tak terkira senangnya hati ini saat melihatmu datang. Mungkin buatmu biasa aja tapi buatku itu melegakan sekali. Tahukah kau bahwa saat itu sebenernya aku sangat takut, takut gak bisa pulang, takut kmu berubah pikiran dan gak jadi dating. Aku sudah sangat capek, sudah sangat lapar. Tapi setelah melihatmu datang, semua rasa takut itu lenyap. Apalagi ngeliat kmu dateng pke motor pinjeman (vixion kalo gak salah) keren juga. Tahukah kmu, sepanjang jalan itu sebenenrnya aku pengen banget meluk kmu sebagai ungkapan terima kasihku. Tapi aku tau itu tidak boleh dilakukan, jadi kuurungkan niatku itu, aku harus puas hanya memandangi punggungmu yang entah kapan bisa kulihat lagi (baca : diboncengin kmu lagi).
Life never seems to be the way i want it, but i live it the best way i can

Thursday, April 26, 2012

Sun Sayang



Senin pagi, aku berangkat dari rumah menuju tempatku menimba ilmu. Perjalanan 1,5 jam dengan jalanan yang penuh sesak, nyaris macet, dan tentunya membutuhkan konsentrasi untuk tetap selamat sampai tempat tujuan. Setelah 1,5 jam yang melelahkan, bukannya beristirahat tapi langsung diteruskan dengan kuliah yang padat merayap hingga sore menjelang.
Niat hati begitu selesai kuliah, istirahat sebentar. Tapi terkadang niat dapat dikalahkan oleh keberadaanmu. Sore itu, awalnya kmu cuma bertanya apakah tugasmu sudah benar, sudah sesuai dengan yang dimaksudkan. Meskipun sudah teramat letih, tapi melihatmu kebingungan seperti itu, aku menyerah untuk menyanggupi membantu tugasmu.
Dan benar saja, tugas yang kmu buat jauh dari yang diharapkan. Tugasnya adalah mencari 5 jurnal yang bertema sama kemudian membuat reviewnya. Akhirnya kita pergi bersama ke warnet mencari jurnal, kemudian mereviewnya satu persatu. Setelah tugas selesai bukannya istirahat, kita malah menonton film hingga larut malam.
Keesokan harinya aku demam tinggi. Kmu menanyakan keadaanku, aku menjawab kalo aku akan baik-baik saja, tinggal minum penurun panas pasti beres. Tapi ternyata 2 hari kemudian demamku belum turun juga, malah makin drop tapi masih memaksakan kuliah.
Hingga akhirnya aku menyerah dan memutuskan akan ke dokter. Sepulang kuliah, aku menunggu temanku yang akan mengantarku, karena aku tidak sanggup naik motor sendiri. Kmu menemaniku menunggu temanku. Kmu sempat bertanya kenapa tidak memintamu untuk mengantar, tapi aku menjawab karena yang tahu tempat praktek dokternya hanya temanku itu. Akhirnya kmu mengalah dan menemaniku sambil sesekali menggodaku agar tersenyum.
Tiba-tiba kmu sebuah kalimat meluncur darimu, “tak sun wae mengko kan mari”. Belum sempat ku menjawab, bibirmu sudah mendarat di keningku, cukup lama dan entah mengapa aku juga tidak berusaha menolaknya. Merasakan bibirmu yang basah membuat sedikit rasa nyaman pada keningku yang panas. Entah obat dari dokternya yang langsung bekerja pada tubuhku atau karena sun darimu itu, keesokan harinya, meskipun belum benar-benar sembuh, tapi setidaknya hari itu aku mampu bertahan praktikum selama 4 jam tanpa merasa lemas sama sekali. Mungkin kmu memang tidak bisa menjagaku saat ku sakit, namun melihat senyummu saja sudah menjadi obat yang paling ampuh untukku. Dan semenjak hari itu ada yang berbeda dengan kita. Entah mau disebut apa, yang jelas aku menikmati setiap saat yang ku habiskan bersamamu, setiap detik ketika kau menggangguku dengan candaanmu atau dengan tugas-tugasmu, aku menikmati setipa rindu yang muncul bila ku jauh darimu, aku pun menikmati rasa sakit saat kmu bersama kekasihmu.
Aku rindu diciummu perlahan hingga pipiku memerah, kmu tau aku suka itu

Hanya Sebuah Kancing Baju



Hari itu kmu mau berangkat. Satu kancing bajumu lepas namun kau biarkan. Kau selalu menutupinya dengan jaket atau sweater.
Tapi hari itu tidak seperti biasanya, kmu meminjam peniti padaku. Maka kupinjamkan sebuah peniti berwarna biru dengan garis putih ditengahnya. Kemudian kmu protes, penitinya gak matching dengan baju putih dan celana hitammu. Dasar cowok, gak pernah mau ribet, padahal kan tinggal dibalik penitinya di dalam jadi gak kliatan, kmu pun memintaku untuk memasangkannya.
Tahukah kmu, tanganku bergetar saat mengaitkan peniti di bajumu. Menyentuh kulit perutmu yang dingin dan mencium wangi khas dirimu dari jarak yang sangat dekat ^.^
Beberapa hari kemudian, aku bertemu baju itu lagi, baju yang hilang satu kancingnya. Tanpa meminta ijinmu, ku ambil jarum dan benang jahit. Lalu ku ambil kancing bagian leher untuk meggantikan kancing yang hilang.
Aku menjahitnya untukmu tanpa kmu minta, tanpa peduli kmu sudah ada yang punya, tanpa peduli kmu akan berterima kasih atau tidak, tanpa peduli betapa jahatnya kmu padaku.  Entah kmu tau atau tidak, tapi aku sangat senang bisa menjahitkan kancing bajumu. Entah kmu menyadarinya atau tidak, ada rasa yang perlahan tapi pasti mulai tumbuh dalam relung hati ini, rasa tidak ingin jauh darimu atau mungkin rasa ingin memilikimu seutuhnya.

Addicted to game, Addicted to you



Bagaimana sebuah game dapat mendekatkan dua makhluk yang berbeda jenis? Mendekatkan dua pribadi yang berlainan sisi menjadi sepakat. Menyamakan seleradua pribadi yang jauh bertolak belakang. Mengubah underestimate person menjadi unforgettable person. Mengubah sudut pandang seseorang dengan sikap dan perhatian.
Berawal dari sebuah game berisi zombie yang harus dibunuh dengan menanam peapod yang akan menembaki zombie tersebut hingga mati. Tidak sulit memang namun lumayanlah untuk mengusir penat.
Entah gamenya yang mudah atau karena ada kmu. Bersaing untuk menyelesaikan semua level, hingga mengorbankan waktu istirahat, terasa begitu menyenangkan. Apalagi kalo maennya sambil ditungguin kmu, ah sudah pasti konsentrasiku buyar. Belum lagi kalo levelmu lebih tinggi dariku, tak jarang kmu mengejekku, tapi ejekan sayang tentunya. Mungkin saat itu aku belum menyadarinya, dekat denganmu menjadi suatu kebutuhan untukku di kemudian hari.
Game ini membuatku ketagihan untuk terus bermain, kmu membuatku ketagihan untuk terus dekat denganmu.

Sunday, April 8, 2012

Rindu


Apa sih rindu itu ?
Ada yang bilang rindu itu ruang kosong di sudut hati yang tidak lagi kmu isi.
Ada yang bilang rindu itu kalo udah lama gak ktemu pujaan hati.
Ada yang bilang rindu itu bisa hilang hanya dengan melihat sekilas pujaan hati.
Atau mendengar suaranya lewat telepon.
Atau hanya mendapat pesan singkat darinya (yang mungkin saja bukan ditulis olehnya).

Tapi bagaimana kalo tiap hari melihatnya, tanpa ia melihat balik padamu.
Tapi bagaimana kalo tiap hari mendengar suaranya, tapi berbicara dengan orang lain, bukan bicara denganmu.
Tapi bagaimana kalo tiap hari mendengar tawanya, tapi bukan tawa bersamamu.
Masihkah rindu?
Jawabannya : MASIH

Apa mungkin lebih baih berjauhan, sehingga ada alasan untuk sekadar berkirim pesan singkat atau telepon?
Apa mungkin lebih baik dekat, bisa menatapnya namun tetap tak bisa menyentuhnya?
Apa mungkin harus menjadi egois agar rindu ini menemukan jawabannya?
Apa rindu ini harus kutitipkan pada angin agar bertiup ke arahmu?
Apa mungkin harus memutus semua urat malu agar bisa menyampaikan rindu ini padamu?
Apa mungkin harus diam saja hingga rindu ini menguap sendiri?

Teruntuk lelaki sembilan maret seribu sembilan ratus sekian. Dari perempuan yang selalu merindukanmu.