Thursday, April 26, 2012

Hanya Sebuah Kancing Baju



Hari itu kmu mau berangkat. Satu kancing bajumu lepas namun kau biarkan. Kau selalu menutupinya dengan jaket atau sweater.
Tapi hari itu tidak seperti biasanya, kmu meminjam peniti padaku. Maka kupinjamkan sebuah peniti berwarna biru dengan garis putih ditengahnya. Kemudian kmu protes, penitinya gak matching dengan baju putih dan celana hitammu. Dasar cowok, gak pernah mau ribet, padahal kan tinggal dibalik penitinya di dalam jadi gak kliatan, kmu pun memintaku untuk memasangkannya.
Tahukah kmu, tanganku bergetar saat mengaitkan peniti di bajumu. Menyentuh kulit perutmu yang dingin dan mencium wangi khas dirimu dari jarak yang sangat dekat ^.^
Beberapa hari kemudian, aku bertemu baju itu lagi, baju yang hilang satu kancingnya. Tanpa meminta ijinmu, ku ambil jarum dan benang jahit. Lalu ku ambil kancing bagian leher untuk meggantikan kancing yang hilang.
Aku menjahitnya untukmu tanpa kmu minta, tanpa peduli kmu sudah ada yang punya, tanpa peduli kmu akan berterima kasih atau tidak, tanpa peduli betapa jahatnya kmu padaku.  Entah kmu tau atau tidak, tapi aku sangat senang bisa menjahitkan kancing bajumu. Entah kmu menyadarinya atau tidak, ada rasa yang perlahan tapi pasti mulai tumbuh dalam relung hati ini, rasa tidak ingin jauh darimu atau mungkin rasa ingin memilikimu seutuhnya.

0 comments:

Post a Comment