Hari
itu kmu mau berangkat. Satu kancing bajumu lepas namun kau biarkan. Kau selalu
menutupinya dengan jaket atau sweater.
Tapi
hari itu tidak seperti biasanya, kmu meminjam peniti padaku. Maka kupinjamkan
sebuah peniti berwarna biru dengan garis putih ditengahnya. Kemudian kmu
protes, penitinya gak matching dengan
baju putih dan celana hitammu. Dasar cowok, gak pernah mau ribet, padahal kan
tinggal dibalik penitinya di dalam jadi gak kliatan, kmu pun memintaku untuk
memasangkannya.
Tahukah
kmu, tanganku bergetar saat mengaitkan peniti di bajumu. Menyentuh kulit
perutmu yang dingin dan mencium wangi khas dirimu dari jarak yang sangat dekat
^.^
Beberapa
hari kemudian, aku bertemu baju itu lagi, baju yang hilang satu kancingnya.
Tanpa meminta ijinmu, ku ambil jarum dan benang jahit. Lalu ku ambil kancing
bagian leher untuk meggantikan kancing yang hilang.
Aku
menjahitnya untukmu tanpa kmu minta, tanpa peduli kmu sudah ada yang punya,
tanpa peduli kmu akan berterima kasih atau tidak, tanpa peduli betapa jahatnya
kmu padaku. Entah kmu tau atau tidak,
tapi aku sangat senang bisa menjahitkan kancing bajumu. Entah kmu menyadarinya
atau tidak, ada rasa yang perlahan tapi pasti mulai tumbuh dalam relung hati
ini, rasa tidak ingin jauh darimu atau mungkin rasa ingin memilikimu seutuhnya.
0 comments:
Post a Comment