Senin
pagi, aku berangkat dari rumah menuju tempatku menimba ilmu. Perjalanan 1,5 jam
dengan jalanan yang penuh sesak, nyaris macet, dan tentunya membutuhkan
konsentrasi untuk tetap selamat sampai tempat tujuan. Setelah 1,5 jam yang
melelahkan, bukannya beristirahat tapi langsung diteruskan dengan kuliah yang
padat merayap hingga sore menjelang.
Niat
hati begitu selesai kuliah, istirahat sebentar. Tapi terkadang niat dapat
dikalahkan oleh keberadaanmu. Sore itu, awalnya kmu cuma bertanya apakah
tugasmu sudah benar, sudah sesuai dengan yang dimaksudkan. Meskipun sudah
teramat letih, tapi melihatmu kebingungan seperti itu, aku menyerah untuk
menyanggupi membantu tugasmu.
Dan
benar saja, tugas yang kmu buat jauh dari yang diharapkan. Tugasnya adalah
mencari 5 jurnal yang bertema sama kemudian membuat reviewnya. Akhirnya kita
pergi bersama ke warnet mencari jurnal, kemudian mereviewnya satu persatu.
Setelah tugas selesai bukannya istirahat, kita malah menonton film hingga larut
malam.
Keesokan
harinya aku demam tinggi. Kmu menanyakan keadaanku, aku menjawab kalo aku akan
baik-baik saja, tinggal minum penurun panas pasti beres. Tapi ternyata 2 hari
kemudian demamku belum turun juga, malah makin drop tapi masih memaksakan
kuliah.
Hingga
akhirnya aku menyerah dan memutuskan akan ke dokter. Sepulang kuliah, aku
menunggu temanku yang akan mengantarku, karena aku tidak sanggup naik motor
sendiri. Kmu menemaniku menunggu temanku. Kmu sempat bertanya kenapa tidak
memintamu untuk mengantar, tapi aku menjawab karena yang tahu tempat praktek
dokternya hanya temanku itu. Akhirnya kmu mengalah dan menemaniku sambil
sesekali menggodaku agar tersenyum.
Tiba-tiba
kmu sebuah kalimat meluncur darimu, “tak sun wae mengko kan mari”. Belum sempat
ku menjawab, bibirmu sudah mendarat di keningku, cukup lama dan entah mengapa
aku juga tidak berusaha menolaknya. Merasakan bibirmu yang basah membuat
sedikit rasa nyaman pada keningku yang panas. Entah obat dari dokternya yang
langsung bekerja pada tubuhku atau karena sun darimu itu, keesokan harinya,
meskipun belum benar-benar sembuh, tapi setidaknya hari itu aku mampu bertahan
praktikum selama 4 jam tanpa merasa lemas sama sekali. Mungkin kmu memang tidak
bisa menjagaku saat ku sakit, namun melihat senyummu saja sudah menjadi obat
yang paling ampuh untukku. Dan semenjak hari itu ada yang berbeda dengan kita.
Entah mau disebut apa, yang jelas aku menikmati setiap saat yang ku habiskan
bersamamu, setiap detik ketika kau menggangguku dengan candaanmu atau dengan
tugas-tugasmu, aku menikmati setipa rindu yang muncul bila ku jauh darimu, aku
pun menikmati rasa sakit saat kmu bersama kekasihmu.
Aku rindu diciummu perlahan hingga pipiku memerah,
kmu tau aku suka itu
0 comments:
Post a Comment