Monday, July 16, 2012

UNSPOKEN

Sudah lebih dari sebulan sejak dini hari yang menyakitkan itu. Kmu semakin sibuk, hingga nyaris tidak ada komunikasi yang terjalin. Hanya bisa memandangmu dari kejauhan atau sekadar mendengar tawamu berderai bersama teman-temanmu. Menikmati indahmu dalam diamku. Kemudian kesempatan datang beberapa kali. Kesempatan untuk sekadar mengobrol berdua denganmu. Tapi yang kulakukan malah menyibukkan diri dan melengos di hadapanmu.
Hingga akhirnya kesempatan itu datang lagi. Hari sudah menjelang malam ketika aku sampai dan kmu masih tidur dengan pulasnya. Setelah mengumpulkan keberanian hampir setengah jam, akhirnya kubuka pintu kamarmu. Dan kmu masih saja tidur tanpa merasa terganggu sedikitpun.
Dalam hati ingin ikut berbaring di sampingmu. Namun yang kulakukan hanya duduk di sampingmu. Sembari memperhatikan wajah yang membuatku enggan beranjak sedikitpun. Tidak berapa lama kemudian kmu terbangun dan menyadari keberadaanmu. Awalnya sama-sama canggung mau ngobrol apa, kemudian mengalir begitu saja.
Tahukah kmu selama kita mengobrol, aku menahan diri untuk tidak menjatuhkan kepalaku di dadamu.
Aku rindu padamu. Rindu akan kebersamaan kita yang kini telah tiada. Tapi kmu tak pernah menyadarinya.
Sometimes are better left unspoken, aren’t they?