Monday, March 26, 2012

Entah


Entah,  berapa kali harus kutulis cerita tentangmu.
Entah, berapa banyak sms yang harus ku kirim hingga kau mau membalasnya.
Entah, berapa banyak kode yang harus ku tebar agar kau membalas rinduku.
Entah, berapa malam yang ku habiskan untuk menunggumu, memastikan kau pulang dan tidur dengan nyenyak.
Entah, berapa banyak waktu yang ku sesali karena mengacuhkanmu.
Entah, berapa banyak kesempatan yang ku curi untuk dapat sejenak memandangi lekuk wajahmu, sekedar menikmati senyummu dari kejauhan.
Entah, berapa banyak pagi yang selalu ku gantungi harapan agar bisa bersamamu sepanjang hari.
Entah, berapa kali aku harus menahan angan untuk menculikmu, menjadikanmu tawanan hatiku seumur hidup.
Entah, berapa banyak tugas yang terbengkalai karena sibuk merindukanmu.
Entah berapa banyak caci maki untukmu, yang tak pernah sanggup ku ungkapkan.
Entah, berapa kali aku menertawakan kebodohanku, bodoh karena mengharapkanmu.
Entah, berapa banyak luka yang kau gores, namun tetap tak menghapus rasa ini.
Entah, berapa banyak tissue yang ku habiskan , untuk mengeringkan airmata yang mengalir karenamu.
Entah, berapa lama aku masih bisa bertahan…………………

Thursday, March 15, 2012

kutipan untukmu


I.
Takdir, juga yang mempertemukan kita, menghubungkan getaran-getaran yang pada awalnya tak terdeskripsikan, getaran yang seolah berkata “aku butuh kamu”. Hingga kita merumuskan rasa itu menjadi sebuah kebutuhan. Rasa butuh yang biasa orang sebut “sayang”.

II.
Bagaimana mungkin pria dan wanita, yang konon berasal dari planet yang berjauhan, yaitu dari Mars dan Venus, bisa saling merindukan padahal sama-sama sedang berada di bumi? Ah, pertanyaan klise itu memuakkan, memekakkan telinga. Namun apa yang lebih lumrah dari kalimat “aku rindu kamu”? Rindu yang tak berbalas. Setidaknya begitu bagiku.
Rindu yang tak berbalas membuatku terlihat gila, atau aku memang benar-benar sudah gila. Bahkan ketika seseorang yang memang dikenal lucu melucu di depan banyak orang, membuat orang-orang terbahak-bahak, tetapi tetap saja wajah dan tatapanku seperti hasil persilangan antara layar televisi, kulkas, dan dompetku. Datar, dingin, dan kosong.
Rindu yang tak berbalas itu seperti lubang hitam. Menyedot habis semua senyum, tawa, dan canda yang aku punya. Kita duduk berdekatan, tapi kita sendiri-sendiri. Sayang, surat ini tak perlu dibalas. Tetapi balaslah rinduku, maka aku akan tetap waras.

III.
Sadarkah kamu pengaruhmu begitu besar buatku? Ketika aku kecewa, sedih, bahkan marah, satu simpul senyummu bisa mengembangkan senyumku yang terkubur dalam tanah hati yang gelap

IV.
Karena orang yang jatuh cinta diam-diam, cintanya juga bisa berbalas. Balasan berupa penerimaan diam-diam, penolakan diam-diam, atau mungkin diabaikan diam-diam.

Wednesday, March 14, 2012

ITU AKU

Ribuan hari aku menunggumu
Jutaan lagu tercipta untukmu
Apakah kau akan terus begini
Masih adakah celah di hatimu
Yang masih bisa tuk ku singgahi
Cobalah aku kapan engkau mahu

Tahukah lagu yang kau suka
Tahukah bintang yang kau sapa
Tahukah rumah yang kau tuju...

Itu aku...
Coba keluar di malam badai
Nyanyikan lagu yang kau suka
Maka kesejukan yang kau rasa
Coba keluar di terik siang
Ingatlah bintang kau sapa
Maka kesejukan yang kau rasa
Percayalah...
Itu aku...